Senin, 06 September 2021

Cara Mudah Memasang Twibbon

Twibbon, sebuah kata yang sering disebut-sebut dapat membuat viral suatu topic yang berupa foto. Sebenarnya apa sih pengertian twibbon itu sendiri?

Menurut fanpage-id, twibbon merupakan sebuah aplikasi kecil yang diciptakan untuk meningkatkan dukungan, daya Tarik, dan kegunaan media social. Twibbon merupakan bingkai foto yang diedit sedemikian rupa yang ditunjukkan sebagai dukungan ataupun promosi dan lain sebagainya

Lalu apa manfaat menggunakan twibbon?
Menurut pengalaman pribadi, twibbon sangat berperan dalam hal pengenalan suatu acara atau event yang sedang berlangsung atau dilaksanakan dalam waktu dekat. Selain itu twibbon juga dapat membantu sekali dalam hal mengenalkan suatu produk dagangan atau dapat dikatakan sangat baik sebagai media promosi.

Apakah format dari twibbon itu?
Berdasarkan pengalaman juga, twibbon yang beredar di sekitar saya memiliki format .png
Umumnya twibbon memiliki bentuk menyerupai sebuah bingkai foto seperti yang tersebar luas pada software photo editor dan memiliki latar belakang transparan.

Bagaimana cara menggunakan twibbon itu?
Cara memadang twibbon itu sebenarnya mudah, seperti memasang bingkai foto sebenarnya. Memasang foto pada bingkai kayu memerlukan paku atau alat perekat lainnya agar foto dapat terpasang dengan baik dan rapi. Begitu juga dengan memasang twibbon pada foto, memerlukan software untuk menggabungkan keduanya, agar terpasang rapi dan pas.

Aplikasi yang sering saya gunakan adalah PicsArt. Aplikasi ini dapar bekerja dengan baik, dan menghasilkan hasil yang cukup maksimal. Anda dapat mendownloadnya di google playstore android dan store windows, tersedia juga di internet secara gratis.

Caranya:
Buka PicsArt dan load foto yang ingin dipasangi twibbon.


Klik "Ad Photo" yang ada dibagian bawah halaman, kemudian masukkan twibbon yang kalian inginkan ke foto.


Sesuaikan dengan ukuran foto sesuka hati anda.


Klik panah di pojok kanan atas.


Klik Post, kemudian pilih pilihan tempat dimana anda ingin menyimpan foto anda tersebut.

Minggu, 10 Mei 2020

Pengalaman Organisasi di Teknik Geologi, Teknik, dan UGM


Halo kamu! Lagi cari info dan cerita tentang perkuliahan di Teknik Geologi UGM kah? Bisa jadi kamu di tempat yang tepat hehe. Tapi aku hanya akan menceritakan pengalaman yang kudapat saja ya selama kuliah di Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.

(setelah ini berisi info penting tidak penting sih, yang mau baca monggo yang tidak langsung skip saja)
Sekilas info saja ya, kalo di Fakultas Teknik UGM program studi itu berada dibawah departemen dan departemen itu berada di bawah fakultas. Jadi bisa jadi satu departemen itu terdiri dari 2-3 program studi, misalnya DTNTF (Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika). Jadi DTNTF itu terdiri dari 2 program studi (prodi), yaitu Teknik Nuklir dan Teknik Fisika. Dan kebetulan program studi Teknik Geologi berada dibawah Departemen Teknik Geologi langsung hehe .

Lalu, apa saja yang kulewati selama kuliah di Teknik Geologi UGM?

Jawabannya banyak banget. Kali ini aku mau fokus cerita tentang kegiatan non akademiknya dulu ya.
Sebenarnya dulu aku sempat cerita juga tentang mata kuliah yang dipelajari di Teknik Geologi, mungkin lebih mirip daftar mata kuliah yang ditawarkan di Yang Dipelajari di Teknik Geologi UGM

Dimulai dari setelah dinyatakan diterima di program studiku sekarang, aku mengikuti orientasi pengenalan kampus yang namanya PPSMB Palapa.

Cerita lengkapnya lihat di Cah Sragen di PPSMB PALAPA 2016

Seusai PPSMB, angkatan termuda langsung diminta untuk mengurus Kartu Rencana Studi (KRS). Kartu rencana studi ini berguna untuk merencanakan mata kuliah apa saja yang akan kita ambil di tiap semesternya. Maksimal sks yang bisa diambil adalah 24 sks setiap semester (termasuk mata kuliah dan mata kuliah praktikum). Dalam mengurus KRS ini kita perlu konsultasi dengan Dosen Pembimbing Akademik (DPA) terlebih dahulu. Hal itu penting, supaya kita yang masih maba dan yang pikirannya masih polos banget itu bisa punya bayangan kuliah kita semester depan akan seperti apa. Saranku, bangun relasi yang baik sama DPA karena akan sangat membantu. Setelah disetujui DPA, KRS bisa langsung diverivikasi lewat platform urusan akademik UGM (kalau dulu seringnya di PALAWA, mulai tahun 2019 pindah ke SIMASTER). Selepas itu langsung kuliah.

Tahun pertama kuliah rasanya membuatku ingin mencoba semua kegiatan yang kubisa. Mulai dari organisasi di tingkat Teknik Geologi yaitu Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi (HMTG FT UGM), tingkat Fakultas Teknik, sampai unit kegiatan mahasiswa tingkat universitas.

Awal mula kesibukanku dimulai dari mengikuti kaderisasi di himpunan. Semester pertama, angkatan termuda dikader untuk menjadi seseorang yang kuat secara fisik dan mental. Aku dan angkatanku juga diajari untuk selalu kompak dan saling peduli antar teman satu angkatan. Di akhir semester satu sekitar bulan Desember, kami mengikuti sebuah diklat (pengenalan dasar lapangan) yang diadakan oleh HMTG beserta Departemen Teknik Geologi. Pengalaman luar biasa kudapat dari sini, dimana aku diajari untuk tetap bertahan sekuat tenaga ditengah segala keterbatasan. Terbatas air minum, terbatas tenaga, dan terbatas lainnya. Tapi dari sini aku mendapkan pelajaran penting. Hidup ini keras, jadi sebisa mungkin buatlah dirimu sekuat mungkin. Sekeras mineral silika, yang tidak bakal lapuk karena hujan, tidak terbakar karena sinar matahari.


Di semester pertama aku hanya fokus ikut kaderisasi masuk himpunan saja, karena ya memang time managementku masih sangat kurang. Belum berani mengambil tanggungjawab lebih hehe.

Lanjut di semester 2, bersyukurnya kali ini sudah jadi anggota HMTG hehe (sudah masuk himpunan). Aku masuk di Divisi/Departemen Sosial HMTG FT UGM, karena ya suka sama kegiatan sosial. Sepertinya aku menemukan duniaku di situ. Ketika ada suatu hal yang bisa kulakukan ditengah-tengah masyarakat dan aku bisa memberi dampak buat sekitarku, ada sebuah kebahagiaan tersendiri. Bagiku, itulah yang seharusnya jadi kewajiban kita sebagai manusia yang katanya makhluk sosial. Berdampak. Tapi berdampak kan caranya bermacam-macam, jadi yaa selamat mencari dan menjalani jalanmu hehe.

Di sela-sela aktivitas Himpunan, Departemen juga mengadakan event tahunan yaitu GEOWEEK. GEOWEEK ini acara kolaborasi terbesar antara HMTG dan Departemen Teknik Geologi. Dalam satu minggu ada beberapa event yang berlangsung seperti LCCK Kebumian untuk SMA, Seminar Nasional Kebumian, dan masih banyak event menarik lainnya.

Selain aktif di Divisi Sosial HMTG, aku juga ikut berpartisipasi menjadi pengurus di Persekutuan Mahasiswa Kristiani Teknik UGM (PMKT UGM). PMKT UGM itu termasuk organisasi tingkat Fakultas Teknik. Dua target organisasiku tercapai. Saat itu aku mulai pelayananku dari Komisi Sarana dan Prasarana (KOMSAR). Dari 3 anggota KOMSAR, aku satu-satunya perempuan. Dua lainnya laki-laki, namanya Pierse (Teknik Mesin) dan Samuel (Teknik Kimia). Meskipun awalnya diam-diaman dan malu-malu, lama-kelamaan kami jadi lumayan akrab hehe. Satu hal yang aku dapat dari pelayananku di KOMSAR adalah jangan menganggap suatu pekerjaan mudah, mengurusi peminjaman ruang dan menata ruangan untuk ibadah itu bukan pekerjaan mudah. Perlu ada koordinasi dan kolaborasi juga. Di PMKT UGM ini aku meneruskan pelayanan hingga tingkat akhir (semester 8).

Semester 3-5 aku mulai ikut terlibat dalam kegiatan semi-relawan yang tergabung dalam Unit Kesehatan Mahasiswa UGM (UKESMA UGM). UKESMA ini unit kegiatan yang bergerak dibidang penelitian, pendidikan, dan bantuan kesehatan. Intinya, unit kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan di UGM itu namanya UKESMA. Benar, mirip PMR kalo di SMP-SMA dan KSR (tingkat universitas). UKESMA ini skalanya tingkat universitas. Dari sini, aku belajar untuk bekerja sama secara profesional dan maksimal untuk mahasiswa dan masyarakat luas. Tidak membedakan orang yang ditolong, karena kaitannya dengan keselamatan orang lain. Disini benar-benar diajari untuk lebih terbuka atas perbedaan yang ada, karena organisasi tingkat universitas itu kumpulan dari mahasiswa fakultas lain yang punya sistem pemikiran yang lain juga. Ini benar, kadang ketika anak teknik ketemu anak fisipol bisa jadi tidak nyambung. Tapi disini aku belajar untuk beradaptasi dan lebih terbuka.

Semester 6-7 sedikit banyak aku mengurangi kegiatan organisasi dan event karena satu dan lain hal. Dan hanya berfokus pelayanan di PMKT UGM sebagai anggota Komisi Pemerhati (KOMHAT) dan Bendahara Desa Binaan HMTG FT UGM. Dan saat itu masih ada tanggungan Lomba PHBD (Program Hibah Bina Desa 2019) dari KEMENRISTEKDIKTI. 


Meskipun sudah mengurangi aktivitas tapi tetap saja, sedikit capek juga. Ditambah dengan padatnya kegiatan akademik geologi yang mengharuskan adanya praktikum di lapangan juga. Capeknya semakin menjadi-jadi. Tapi aku percaya semuanya tidak ada yang sia-sia. Pasti ada sesuatu yang dihasilkan dari setiap hal yang aku lakukan.

Dan ya itu cerita perjalanan organisasiku selama kuliah di Teknik Geologi UGM. Setiap orang punya ceritanya masing-masing. Ceritaku bisa jadi berbeda dengan teman angkatanku.

Dari ceritaku yang panjang ini, kuharap kamu bisa belajar sesuatu ya, iya kamu yang baca tulisanku ini. kalau ada yang tertarik dengan Teknik Geologi atau Geografi mungkin kita bisa diskusi lebih lanjut hehe J

Baca juga:

Sabtu, 09 Mei 2020

Hidup Adalah Waktu Untuk Belajar (RESENSI BUKU + SUDUT PANDANG PRIBADI)


Akhir-akhir ini pikiran saya rumit, semua hal aku pertanyakan. Mengapa hidupku seberat ini. dalam hal ini aku ndak memandang masalah yang dihadapi orang lain lebih ringan daripada yang kuhadapi ya.

Ego ku meronta-ronta minta untuk dipuaskan. Aku manusia juga sama sepertimu. Selama hampir seminggu ndak bisa tenang, hidup dengan pikiran yang kacau.

Hari ini, aku akan menceritakan sesuatu yang kupelajari dari sebuah buku. Fokus yang ingin kusampaikan adalah isi buku + penulisnya, keduanya sangat menarik perhatianku.

Mungkin ini akan terlihat seperti review buku, atau testimoni setelah membaca sebuah buku hehe. Btw, ini review buku pertamaku yang aku tulis di blog ini. Oke langsung saja ya.

Ketika tulisan ini dibuat, aku telah selesai membaca Buku yang berjudul “Setiap Waktu Adalah Waktu Belajar” karya dari Gobind Vashdev. Beliau adalah seseorang yang mengusahakan hidup dan empatinya mati-matian untuk kebahagiaan orang lain, beliau menyebut dirinya sebagai heartworker. Aku sangat kagum sama beliau ini, hatinya baik dan mau untuk terus belajar dari dunia ini (ndak terbatas Cuma belajar di sekolah atau di kuliah saja).

Dalam bukunya, Pak Govind menuliskan sebuah perumpamaan tentang seorang pembelajar. Beliau menganalogikannya dengan sebuah botol berisi air dan gelas. Botol mewakili guru, air mewakili ilmu, dan gelas mewakili kita (pembelajar). Bagaimana cara agar gelas tersebut dapat menerima dan menampung air dari botol tersebut? ayo coba dipikir dulu :p

Pertama, si gelas harus terbuka
Ketika gelas tersebut terbuka, sudah pasti air dari botol dapat ditampungnya. Ketika gelas itu tertutup, mana mungkin bisa menampung air dari botol kan. Yang ada, airnya malah tumpah dan membasahi meja hingga lantai hehe. Disini aku belajar bahwa ketika seseorang ingin memperoleh dan menyerap ilmu dia harus memiliki pikiran yang terbuka. Mampu menerima pendapat dari orang lain dan mampu menerima pelajaran dari alam semesta.

Kedua, gelas itu harus kosong
Bagian kedua ini berhubungan dengan bagian pertama. Kalau bagian pertama itu berupa jalan keluar-masuknya informasi, maka bagian kedua ini berupa wadah dari informasi yang didapat. Kamu bisa membayangkan kan bagaimana kalau gelasnya ternyata penuh (misal isinya sirup), sudah dapat dipastikan bahwa air dalam botol ndak akan bisa ditampung kan sama gelas itu.

Sama seperti gelas itu, kalau pikiran kita masih penuh dengan pemikiran-pemikiran yang rumit sudah pasti pengetahuan atau informasi yang disampaikan oleh guru-guru kita ndak akan bisa kita simpan karena wadah (re: pikiran) yang kita punya ndak cukup buat menampungnya.

Jadi, yang kudapat dari bagian ini adalah ketika kita menerima ilmu dari orang lain pastikan bahwa kita mengesampingkan presepsi dan asumsi yang kita miliki. Just do and enjoy it. Supaya kita punya cukup tempat di pikiran kita untuk menyimpan pengetahuan baru itu.

Ketiga, posisi gelasnya harus lebih rendah daripada botol
Kebayang ndak sih, misal si botol lebih rendah daripada gelas? Airnya ndak akan bisa ngalir ke gelas kan. Itu juga yang aku pelajari, bahwa kita sebagai pembelajar menganggap bahwa diri kita ini belum ada apa-apanya daripada guru kita. Maka dari itu, keingintahuan kita (curiousity) kita mesti bakal tinggi dan akan makin banyak hal yang kita peroleh. Pak Govind juga memberikan contoh bahwa kita bisa belajar dari anak-anak yang punya rasa keingintahuan yang tinggi sehingga mereka mampu belajar banyak hal (jelas, masa anak-anak adalah masa dimana kita sangat banyak belajar). Setelah dewasa, rasa keingintahuan itu mulai menurun karena mungkin adanya pikiran bahwa semua hal terjadi karena memang sudah sewajarnya seperti itu.

Selanjutnya adalah pengajar (guru). Sebenarnya siapakah guru itu? dan dimana guru itu mengajar? Ada salah satu kalimat yang aku suka

“Kita bisa belajar dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja termasuk dengan alam”

Jadi guru kita siapa? Semua orang termasuk alam, merekalah guru kita. Dimana kita belajar dan kapan? Kapanpun dan dimanapun selagi kita masih di alam semesta ini kita dapat terus belajar.

Ada lagi kutipan yang aku suka dari Sang Buddha
“pada akhirnya kita akan sangat-sangat berterima kasih kepada orang-orang yang membuat diri ini sulit”
Benar sekali, aku jadi teringat tentang kejadian yang terjadi padaku saat smp. Aku diejek karena penampilan fisikku ndak seperti teman-teman yang lain, karena aku beda etnis dengan teman-teman. Setelah itu, aku belajar untuk ndak akan seperti mereka yang membeda-bedakan etnis, sebisa mungkin untuk bergaul dengan siapa saja.

Dari situ kita belajar bahwa dengan dipertemukannya kita dengan orang yang berbeda dan membuat kita ndak nyaman, ternyata kita mendapat suatu pelajaran dari situ yang akhirnya berpengaruh terhadap pola pikir kita terhadap hidup ini. So thanks to all of you my junior high school friends, now I can say I do love you.

Clossing statement from Mr. Govind Vashdev
“Jadikan setiap orang menjadi guru, setiap tempat menjadi sekolah dan setiap jam adalah jam pelajaran.”

Sabtu, 18 April 2020

5 Hal yang Bisa Disyukuri dari Stay at Home



Di tengah pandemi ini, seakan kita diingatkan kembali untuk selalu mensyukuri setiap hal yang kita miliki sekarang.
“Bagaimana bisa bersyukur dengan kondisi seperti saat ini?” tanya seorang teman padaku.
Benar juga pertanyaan temanku itu. Dengan kondisi seperti ini sulit untuk menumbuhkan rasa syukur dalam hati. Perut selalu meronta untuk dipenuhi rasa laparnya, hati butuh diperhatikan karena terlalu lama menahan rindu. Pikiran tak henti-hentinya menampilkan rasa sesak karena uang di dompet yang semakin menipis. Bagaimana aku bisa bertahan hidup? Bagaimana aku bisa hidup penuh rasa syukur?

Sulit untuk bersyukur, memang.

Tapi justru disinilah hati kita diuji, mental kita ditempa oleh keadaan yang sulit ini.
Kita ndak pernah tahu kapan pandemi ini berakhir. Satu-satunya yang kita tahu adalah kita hidup saat ini, kita perlu untuk bertahan hidup. Salah satu caranya adalah bersyukur dan ikhlas.
Sebenarnya dalam kondisi seperti ini ada banyak hal yang masih bisa kita syukuri.

Punya kesempatan istirahat dari keramaian (Me-time)
Sadar atau tidak, manusia kadang perlu untuk menyendiri. Menyendiri yang dimaksud disini bertujuan untuk membangun kepercayaan diri kembali. Dengan menyendiri kita bisa lebih bisa memandang sesuatu secara jelas tanpa ada campur tangan dari orang lain. Kita bisa mulai merawat diri kita sendiri. makan makanan bergizi dan sehat. Berolahraga teratur. Ini patut untuk kita syukuri.

Punya kesempatan untuk introspeksi diri
Ayo kita sama-sama menghidupi hidup kita saat ini. memang benar, kondisi sedang tidak baik-baik saja. Tapi selalu ada yang bisa disyukuri atas semua yang terjadi. Percaya saja, Tuhan mengijinkan sesuatu terjadi dalam hidup kita pasti ada maksud dan tujuannya. (tulis skripsi pun ada maksud dan tujuannya kan, apalagi rencana hidup).

Aku ingin mengajakmu untuk melihat hidup kita kembali. Beberapa bulan lalu, apa saja yang sudah kita lakukan? Apakah itu baik? Apakah itu kurang baik? Kamu sendiri yang bisa menilainya J

Untuk hal-hal baik yang sudah dilakukan. Good job, you’ve done the good in your life for us. Pertahankan itu, tolong jaga semangatmu untuk berbuat kebaikan. Aku percaya kamu orang yang baik J

Untuk hal-hal kurang baik yang telah terjadi. Tidak apa-apa, semua orang pernah melakukan kesalahan. Ayo sama-sama introspeksi diri dan terus mengusahakan yang terbaik.

Punya waktu yang cukup untuk self growing
Tuhan menganugerahi kita waktu 1 x 24 jam itu untuk kita mengusahakan hidup kita. Dalam hal apapun itu, kita bisa mengusahakannya. Terlebih fokus pada pengembangan diri seperti membaca buku, mencoba resep masakan baru, mempelajari hal-hal baru. Mungkin saat ini kita belum mengerti, akankah kemampuan/pengetahuan itu berguna untuk kita sendiri atau tidak. Just wait and see. Bagiku belajar dan menambah pengetahuan itu tidak ada ruginya sama sekali.

Lebih hemat
Ditengah pandemi ini, kita diminta untuk tetak tinggal di rumah. Menjaga jarak dengan orang lain. Berperilaku hidup bersih dan sehat. Makan makanan yang bergizi. Sebagian besar warung makan mulai tutup. Hal ini mendorong kita untuk mengolah makanan kita sendiri. kita belanja kebutuhan pokok kita sendiri dan mengolahnya sendiri. membeli kebutuhan yang memang benar kita butuhkan. Dengan demikian, kita bisa lebih hemat dari biasanya (yang bisa saja jajan tiap hari, sering membeli barang-barang yang tidak esensial).

Quality time bersama keluarga
Biasanya mungkin kita terlalu fokus pada pekerjaan kita masing-masing sehingga kurang ngobrol dengan keluarga sendiri. padahal keluarga seharusnya menjadi tempat paling nyaman untuk bercerita dan berkeluh kesah. Dengan kondisi seperti ini, kita punya waktu lebih untuk membangun kembali relasi kita dengan anggota keluarga kita. Kita bisa ngobrol dengan topik apapun, bisa bermain games bersama, dan melakukan banyak hal bersama-sama.

mungkin masih banyak hal yang bisa kita syukuri saat ini. apapun itu, meskipun itu tidak tertulis disini. Aku berharap itu bisa jadi alasan kamu bersyukur hari ini J

jaga kesehatan teman-teman, stay safe. Jangan lupa untuk selalu tersenyum hari ini. semesta mendukungmu.

kata kunci: bersyukur, coronavirus, indonesia, stay at home

Jumat, 27 Maret 2020

Cara Bersahabat dengan Kesendirian

Pasti pernah ya kita merasa sendirian, ndak ada yang bisa diajak untuk ngapa-ngapain bareng. Mau kemanapun sendirian. Mau melakukan sesuatu juga sendirian. Sebenernya ada banyak orang di sekitar kita, tapi kita tetep merasa sendirian. Sampai-sampai aku pernah bilang sama diriku sendiri, "kok kasihan ya jadi aku, ngapa-ngapain selalu sendirian". 

Sebenernya bukan tanpa alasan aku melakukannya sendirian. Ada beberapa hal yang membuatku sadar untuk mulai melakukan semuanya sendirian.

Pertama, 
Takut merepotkan orang lain. Alasan klasik yang jadi pembenaran atas semua sikap individualisku. Aku ndak pengen merepotkan orang lain di sekitarku, orang-orang terdekatku. Aku selalu mikir bahwa mereka punya masalah dan kegiatannya sendiri. Maka dari itu, aku takut menambahi beban mereka.

Ini bertolak belakang dengan apa yang selalu kubilang ke temen-temen di sekitarku. Aku berusaha untuk jadi teman bagi semua orang. Tapi aku lupa untuk jadi teman diriku sendiri. Selalu membantu teman, tapi lupa membantu diriku sendiri.

Kedua,
Kupikir bekerja bersama orang itu bisa jadi pisau bermata dua. Bisa jadi pekerjaan itu akan cepat selesai atau justru semakin ribet karena ada dua kepala yang memikirkannya (apalagi jalan pikirnya juga berbeda, bisa-bisa malah bikin hati ndak nyaman). 

Maka, yang sering terjadi padaku saat kegiatan berkelompok adalah kecenderunganku untuk diam. Ngikut aja. Untuk mengeluarkan pendapatku sendiri, aku butuh waktu yang lama sampai aku benar-benar siap ngomong. Takut mereka ndak paham maksudku. Bisa dibilang kemampuan berbahasaku sangat payah. Hatiku sedih saat orang lain ndak bisa paham apa yang kumaksud. Mungkin ini juga yang membuat orang-orang merasa ndak nyambung samaku. Its okay, aku berusaha menyayangi diriku yang seperti ini.

Ketiga,
Dengan sendirian, kemungkinan aku menyakiti hati orang lain akan semakin kecil. Rasa bersalahku yang muncul setelahnya juga akan berkurang.

Aku berusaha menyayangi diriku yang sulit mengutarakan pendapatku di depan umum. Aku mencoba menyayangi diriku sendiri dalam semua aspek hidupku. Karena aku tahu ndak ada yang bisa sayang samaku seperti sayang ibukku samaku. Its okay, jangan sedih akan hal itu. Aku bisa menyayangi diriku sendiri. Begitu juga kamu. Kamu bisa jadi teman sejati sekaligus penyemangat dirimu sendiri. 

Ketika semua hal dalam dirimu sudah diterima dengan lapang. Kesepian pun ndak akan jadi masalah besar. Memang kita makhluk sosial. Tapi bagiku sendiri, aku memang makhluk sosial, punya teman. Tapi ndak punya teman yang benar-benar klop/cocok, sampai-sampai aku bisa menceritakan hal-hal yang ndak penting samanya.

Setelah ibuk ndak ada, rasanya teman dekatku hilang. Aku sendirian. Inilah saatnya belajar untuk menerima kesendirian itu sendiri. Menerima rasa kesepian, kemudian bersahabat dengannya.

Kata Mas Adji Santosopuro selalu mengingatkanku bahwa kesepian itu ndak harus dilawan, justru jangan dilawan. Tapi diterima, supaya kita bisa bersahabat dengan kesepian itu.

Kita lahir di dunia sendirian, kita juga belajar untuk diri kita sendiri. Kita bertanggungjawab atas diri kita sendiri. Sampai meninggal pun kita sendirian. Ayo kita sama-sama belajar menerima rasa kesepian dan belajar dari kesendirian kita. 

Kata Mas Adjie S., berawal dari sendiri akan muncul ide-ide hebat yang luar biasa lo. Kuyakin aku bisa, kamu juga pasti bisa :")

Salam dari halaman depan program studiku ;)

Jumat, 20 Maret 2020

Catatan untuk Tetap Menjalani Hidup



Kalian pernah merasa tidak cocok saat bercerita dengan seseorang? tidak bisa dengan leluasa menceritakan masalah yang sedang kalian hadapi? Merasa tidak nyaman padahal orang itu adalah orang terdekat kalian?

Aku juga mengalaminya.

Aku membuat notes ini untukmu yang sedang lelah untuk hidup dan juga untuk diriku sendiri yang sedang kehilangan arah.

Merasa bahwa orang lain ternyata punya masalah mereka sendiri juga, bahkan untuk mendengar ceritaku saja mereka tidak bisa. Entah, apakah aku sendiri yang terlalu merasa diasingkan/tidak dipedulikan atau memang begitu adanya. Orang lain punya masalah yang lebih besar dibandingkan masalah yang kuhadapi. Anggapan ini selalu membawaku untuk tetap bungkam ketika ada masalah datang. Meskipun sampai pusing kepalaku, aku tetap akan diam. Pusing, stress, hilang arah tujuan. Itulah yang kualami. Kamu tidak sendirian, kita sedang di masa yang sama. Hal yang harus kita lakukan sekarang adalah tetap berjuang untuk tetap hidup dan menghidupi hidup kita.

Aku mengerti, sakitnya cerita yang tidak didengar. Aku mengerti, sedihnya cerita yang dipotong oleh cerita orang disekitar kita. Aku mengerti.

Tapi,

Ayo belajarlah untuk jadi dewasa. Kalau ceritamu tidak didengar, tetaplah tersenyum. Masih ada yang setia menantikan ceritamu. Tuhan selalu setia menunggumu untuk curhat sama Dia. Aku juga menunggu ceritamu ;)

Dengan saling bertukar cerita kita bisa saling menguatkan.

Ingat perumpamaan tentang lidi? Satu lidi akan mudah dipatahkan, namun ketika banyak lidi bersatu, mereka jadi kuat. Mereka saling menopang, itulah kita. Jadi, ayo angkat tepian bibirmu, senyum J

Saat orang di sekitarmu tidak menganggapmu, percayalah ada orang yang setia menunggumu. Iya, Dia Tuhan. Semua orang pasti akan pergi pada waktunya. Ketika tugas mereka sudah berakhir. Sekali lagi, tolong jangan bersedih. Aku ada disini, untukmu dan membersamaimu.

Kamu sangat hebat sudah bertahan hingga saat ini. Meskipun keadaanmu kacau, kamu tetap tegap dan tetap menjalani hidupmu. Terimakasih, aku bangga padamu.

Aku percaya. Hidup ini bukan soal berlari, tapi berjalan. Aku pernah baca satu buku terbitan Greatmind yang berjudul “SLOW”. Dalam buku itu, kita diajari untuk memaknai hidup kita. Menjalani secara sadar setiap kegiatan yang kita lakukan setiap harinya. Menjaga hati dan pikiran kita untuk tetap tenang saat ada masalah maupun tidak. Belajar bagaimana untuk menghadapi dunia yang semakin jahat. Menyesuaikan diri supaya tetap waras di jaman yang seba cepat. Menjaga mimpi kita tetap hidup ditengah kehidupan yang banyak halangan.

Kalau setiap hal yang kamu alami tidak sesuai dengan ekspektasimu, ayo belajar menerima. Karena hidup ini adalah pemberian dan kita menerima. Kita hanya bisa mengusahakan apa yang kita bisa lakukan, selebihnya hanya Tuhan yang berhak menentukannya.

Inilah suratku untukmu. Ayo kita sama-sama berjuang memaknai hidup kita, meskipun hidup kita rasanya begitu buruk, percayalah Tuhan melihat hatimu dan Tuhan tahu kebutuhanmu. Ayo belajar untuk lebih bersyukur supaya kita bisa menyadari hidup kita ini.

Semoga Tuhan selalu melingkupimu dengan sukacita dan damai. Kalau ada yang mau dibagikankan aku senang bisa mendengar ceritamu. Ayo kita berteman J


Kamis, 12 Maret 2020

Takut dan Khawatir


Pasti ada alasan tersendiri mengapa kita dipilih untuk menjadi seseorang. Entah secara tidak langsung kita diminta untuk melakukan sesuatu tanpa kita sadari, semuanya terasa nyata dan asli, tanpa direkayasa sedikitpun.

Ceritanya berawal dari cerita seorang teman dekat yang diamanahi untuk menjadi ketua acara. Dia sempat ragu untuk meng-iya-kan tawaran tersebut, dia merasa bahwa dirinya masih merasa takut untuk memimpin dan membimbing orang lain yang jelas-jelas beda pemikiran dengan dirinya sendiri. Katanya hatinya lebih condong untuk meng-iya-kan dibanding menolaknya, tapi dia takut kalau saat dia menerima tawaran itu dia ndak bisa menjalankannya dengan baik.

Sama halnya dengan pengalaman yang beberapa waktu lalu telah c-u-k-u-p berhasil saya lewati, ya meskipun sambil nangis kayak anak kecil hahaa. Ceritanya serupa dengan teman dekat saya, serupa tapi ndak sama. Sama-sama diamanahi untuk memimpin orang-orang yang belum terlalu saya kenal, namun beda acara, acara yang saya pegang tepat setelah acara yang dipegang oleh teman dekat saya selesai.

Tepat saat itu saya seperti merasakan perasaan yang dirasakan teman dekat saya saat ditawari tawaran seperti itu. Takut menerima, takut ndak bisa mimpin, takut ndak dianggap dan dianggap remeh serta masih banyak ketakutan lainnya yang ndak bisa saya sebutin satu-satu.

Ditambah lagi, saya dalam tim tersebut merasa sendiri. Pasalnya, hanya saya di tim tersebut yang merupakan angkatan pertengahan (eh, ndak deng, ada anak pertengahan lain anak pwk, tapi kami belum terlalu akrab dibandingkan dengan teman-teman pengurus).

Entah apa yang saya rasakan saat itu, bingung, takut, resah, nyampur jadi satu. Jujur, memimpin orang lain yang batu dikenal itu rasanya canggung. Menurut kalian gimana? Saya sih iya ya wahaa, dont judge me guys, kalian belum tau saya orangnya seperti apa hehe.

Saya susah ngomong di forum gede, tapi saat diminta untuk face to face saya berani buat ngomong apapun. Ya, saya terlalu takut orang banyak melihat ke saya saat saya bicara dan yang paling saya takutkan adalah diserang menggunakan kata-kata. Pernah saya berniat untuk menolak pelobian tersebut, namun saat digumulkan dan didoakan Tuhan kasih saya jawaban.
Bukan kamu yang memilih Aku, Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta  kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.


Yohanes 15 : 16
Iya memang benar, Tuhan memilih saya dengan alasan tertentu entah apapun itu alasannya pasti itu merupakan yang terbaik, ya kan? Tapi setelah menyadari hal itu pun masih banyak hal yang mengganggu pikiran saya, salah satunya adalah kuliah saya dan kegiatan saya yang lainnya, belum lagi keinginan untuk pulang kampung itu lebih besar dibanding yang lainnya ._.

Tiba-tiba saat renungan pagi pun ada satu ayat yang memang mungkin Tuhan jawaban Tuhan atas apa yang saya rasakan saat itu, khawatir.

Tuhan tahu yang terbaik dan Tuhan sudah menjamin hidup saya kedepannya, itu janji Tuhan yang saya yakini saat itu. Memang benar, Tuhan itu baik! Lambat laun semuanya berjalan lancar, saya dapat berkomunikasi dengan teman-teman satu tim dan bersyukur sekali mereka mau menerima saya dengan sikap dan kondisi saya yang seperti ini. Meskipun, dalam perjalanannya banyak hal yang terjadi yang mungkin mengganggu pikiran saya, tapi Tuhan tetap menguatkan dan selalu meyakinkan saya bahwa bersama Tuhan semuanya pasti baik-baik saja.
Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan manusia, sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya.


1 Korintus 10 : 13




Satu hal yang saya percaya hingga saat ini bahwa Tuhan sudah menjamin hidup kita dan kita sudah dipilih-Nya untuk melakukan suatu hal sesuai dengan rencana-Nya karena Tuhan menginginkan hal yang terbaik yang terjadi dalam hidup kita. Tetap semangat ya teman-teman semuanya, Tuhan Yesus berkati kita semua :))