Kamis, 12 Maret 2020

Perasaan? Dilawan atau Diterima?


Pernah ndak sih temen-temen ngerasa sendiri? Maksud saya bener-bener `ngerasa` sendiri tanpa menyadari bahwa ada orang-orang sekitar kita yang memang benar-benar peduli sama kita? Kalau iya, selamat! Kita punya perasaan yang sama saat ini. Ciee haha

Bukan deng, bukan saat ini, tapi beberapa waktu yang lalu. Menurut kalian apasih penyebab dari munculnya perasaan itu? Hubungan pribadi dengan Tuhan kurang bagus? Kurang percaya sama takdir Tuhan? Kurang beribadah? 

Hmm, mungkin iya tapi tidak sepenuhnya benar, sekali lagi ya. Tidak sepenuhnya benar.

Kita awali ya,

Mengapa suatu perasaan itu bisa muncul? 

Suatu perasaan bisa muncul secara alamiah pada diri seseorang, bisa tiba-tiba datang-pergi-bergonta-ganti perasaan. Dan tanpa sadar, perasaan sedih dan sebagainya bisa muncul disaat kita tidak memiliki begitu banyak aktivitas. Atau dengan kata lain, disaat kita selo, justru perasaan kita jadi melow? Kalau menurut kalian iya, berarti kita samaan.

Perasaan bisa muncul saat raga/batin kita merasa lelah yang luar biasa. Pernah kah kalian merasa sedih atau tiba-tiba teringat cerita sedih yang dulu pernah terjadi saat kalian sedang capek-capeknya? 

Kondisi capek tersebut justru malah membuat sensor kepekaan kita lebih sensitif lo (maaf ya saya bilangnya sensor, habisnya bingung wkwk), jadi ya wajar saja pas lagi capek-capeknya justru malah jadi lebih capek lagi karena perasaannya muncul haha.

Lalu gimana caranya menghadapi perasaan itu? 

1. Isi waktu luang dengan berbagaimacam kegiatan yang bermanfaat.
Dengan kegiatan-kegiatan yang kita ikuti, secara ndak sadar kita `dipaksa` untuk mengesampingkan apa yang kita rasakan. 
Cara ini bisa bertahan cukup lama, namun akan tiba waktunya semua perasaan tersebut akan terakumulasi dan akan terasa menjadi lebih berat dibandingkan dengan sebelumnya.

2. Tenang, terima dan rasakan.
Ya, cukup rasakan saja. Terima saja semua perasaan yang datang. Dengan menerima dan ndak melakukan perlawanan pada perasaan itu, justru malah membuat diri kita lebih tenang dan akan lebih bisa berdamai dengan perasaan itu. Konsepnya sama seperti masalah yang datang pada kita. Jika ada masalah, terima masalah tersebut bukan malah lari. Lari ndak akan bisa menyelesaikan masalah itu, kita harus menerimanya baru bisa memulai untuk menyelesaikannya.

3. Jika kita ndak kuat untuk menerima, coba luapkan perasaan melalui benda atau media apapun.
Ini mungkin berhasil untuk orang yang punya hobi seni, baik musik, fotografi, lukis, pahat/ukir, atau seni-seni lainnya. Media merupakan penyalur perasaan yang saya sukai, tanpa bicara ke orang lain pun kita bisa meluapkan apa yang kita rasakan dalam diri kita, semua perasaan yang ada bisa kita luapkan melalui media.

4. Luapkan perasaan ke orang lain, ceritakan saja, tak perlu malu.
Orang-orang di sekitar kita juga perlu untuk mengetahui kondisi yang kita hadapi sebenarnya. Mungkin ndak semua orang di sekitar kita perlu tahu, cukup orang-orang terdekat dan tentunya yang kita percaya, mereka perlu tahu itu.

Tak perlu malu dianggap lemah, cemen, cengeng, cupu dan lain sebagainya. Justru dengan tahu kondisi kita, mereka jadi bisa memperkirakan perlakuan dan sikap yang seperti apa yang harus dilakukan saat menghadapi kita. Dan bahkan, tanpa kita sadari akan banyak dukungan yang datang pada kita.


Ada salah satu teman pernah bilang pada saya bahwa sharing merupakan langkah awal dari penyembuhan. Sembuh dari semua penyakit, termasuk perasaan. Saat itu memang saya berada di titik dimana luka lama yang sebelumnya sudah saya balut rapat-rapat, tiba-tiba terbuka. Ternyata, saya belum benar-benar sembuh dari perasaan pahit yang dulu pernah menimpa saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo diskusi bareng, sebisa mungkin akan kubalas kok :)