Senin, 13 Januari 2020

Makna Dibalik Menunggu dan Memilih

Menungu
Sesuatu yang membosankan bukan?
Memilih
Sesuatu yang sulit bukan?

Bagaimana kalo dalam suatu hal kita mau tak mau harus menunggu dalam waktu yang lama, dan setelahnya kita diminta untuk memilih satu diantara sekian banyak opsi. Apakah mkita punya prinsip dasar yang kita jadikan patokan dalam menjalani dan mrmilih suatu hal?

Pernahkah kamu merasa ketika dunia memaksamu untuk bergerak cepat. Tapi kamu diminta takdir untuk menunggu yang terbaik datang. Tidak sabar, emosi, bosan, hilang semangat itulah yang mungkin kita rasakan saat menunggu dalam rentang waktu yang lama. Dalam menunggu butuh energi ekstra, butuh kesabaran lebih, dan pengendalian emosi. 

Pernahkan juga setelah kamu berhasil menunggu, kamu justru diuji lagi oleh takdir untuk bisa memilih pilihan terbaik versi kamu? Kalau iya, kita dalam keadaan yang sama. Seakan seperti hadiah dari keberhasilan kita mrnguasai diri kita, ego kita, emosi kita untuk bisa bertahan menunggu kesempatan dan pilihan terbaik datang. Ketenangan dan prioritas sangat diutamakan disini. Dasar pengambilan keputusqn jelas berpengaruh juga.

Sama seperti halnya aku sekarang yang sedang menunggu bis untuk pergi ke tujuanku. Pertama sampai di tempat pemberhentian bis, hujan deras tak terelakan. Kesabaranku diuji, terlebih lagi saat aku sudah berlari mengejar bis tapi bis itu meninggalkanku. Aku tak bisa mengedepankan kemauanku, egoku sendiri. 

Beberapa waktu berlalu.

Ada satu bis yang mau mengangkutku ditengah derasnya kota Sragen, tanpa kusadari bis itu ada label "CEPAT" Di kaca depannya, yang artinya ini bis patas eksklusif. Baiklah mungkin ini hasil dari ketidaksabaranku menunggu bis datang menjemputku. Sehingga perasaan grusa-grusuku mendistraksi pikiranku untuk segera berangkat.

Dari sinilah aku menyadari betapa emosi dan pikiran itu mampu mempengaruhi pilihan yang kupilih saat itu. Karena terdesak situasi yang urgent ditambah dengan kondisi Kota Sragen yang sedang hujan, here I am, didalam sebuah bis yang menurutku tidak tepat. Karena alasan emosi semata.

Andai saja aku tidak emosi saat itu atau jika saja saat itu aku bisa sedikit saja mengontrol rasa kesalku karena keadaan, aku pasti sudah didalam sebuah bis dengan tarif normal sekarang ini. Btw, bis yang kunaiki nyatanya memiliki tarif 3 kali lipat lebih mahal dari tarif bis pada umumnya. Padahal kondisi keuangan saya sedang buruk-buruknya.

Hmm, hidup itu rumit ya...

Yang ingin kusampaikan padamu, kamu yang membaca ocehanku ini, tolong jangan seperti aku aku yang lainnya. Tolong sadari bahwa kita sendirilah yang punya kuasa mengontrol emosi dan perasaan kita masing-masing. Tolong untuk tetap tenang dalam mengambil keputusan, jangan grusa-grusu. 

Kalau diminta untuk menunggu, menunggulah selama yang kamu bisa. Kesabaran kita sedang diuji, apakah kita cukup kuat untuk bertahan ataukah tidak. Kalau diminta untuk memilih, memilihlah dalam keadaan yang tenang. Kalo lagi panik, ambil waktu sebentar untuk menenangkan diri. Kalo udah tenang, barulah berpikir untuk memilih.

Yang terbaik bukan yang cepat tapi yang dipikirkan matang-matang. Yang terbaik belum tentu yang paling mantap, tapi yang sesuai dengan kondisi kita masing-masing, tidak kurang dan tidak lebih.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo diskusi bareng, sebisa mungkin akan kubalas kok :)