“Sreeng.. Sreng..” Suara dari dapur membuatku bangun dari
tidur siang, tidak sadar aku langsung berjalan ke dapur dan ternyata ibu sedang
menumis kangkung.
“Ita, kalau makanannya sudah matang tolong kamu antar ke
rumah kakek” kata ibu sambil terus menumis kangkung, aku mengangguk sambil
berkata “iya bu”. Sebenarnya di dalam hati aku takut ke rumah kakek, karena
rumahnya terkenal berhantu, tidak terawat, kusam, kotor, serta berantakan.
“Ita, makanannya sudah jadi, cepat kemari dan antarkan ke
rumah kakek” kata ibu dari dapur. Aku segera menuju dapur untuk mengambil
rantang berisi makanan untuk berbuka puasa kakek, lalu aku langsung
mengeluarkan sepedaku dan menaruh rantang di keranjang.
Setelah sampai di halaman rumah kakek, perasaan takut itu
muncul. Rumah kakek terlihat tidak terawat serta sangat berantakan seperti
tidak ditempati orang.
“Meong.. Meong..” Muncul sebuah suara yang mengagetkan
aku, perasaan takutku semakin menjadi-jadi dan setelah beberapa saat muncul
seekor kucing dari bawah kursi, ternyata kucing itu adalah si Pussy kucing
tetangga kakekku.
“Tok Tok Tok… Kakek” Kataku sambil mengetuk pintu rumah
kakek. Tidak ada jawaban dari dalam, hanya ada suara Pussy yang terus mengeong
di dekatku.
“Tok Tok Tok… Kakek” kataku sekali lagi sambil mengetuk
pintu. Dan masih tidak ada jawaban, sama seperti tadi tetapi kali ini terdengar
suara orang sedang menyapu dari dalam rumah.
“Kakek… Kakek..” kataku untuk ketiga kalinya, dan lagi
lagi tidak ada jawaban, tetapi suara orang yang sedang menyapu it uterus
menerus terdengar olehku.
“kukuruukuuuk… kukuuruuukuuk…” muncul suara burung yang
semakin membuat aku merinding. Setelah kulihat, banyak burung-burung yang
hinggap diatas rumah kakek, hal ini semakin membuatku takut sekali.
Beberapa saat kemudian, muncul suara orang menangis dari
dalam rumah. Aku langsung berlari menghampiri sepedaku dan mengayuhnya dengan
sekuat tenaga agar aku bisa cepat sampai rumah karena aku sudah tidak kuat
menahan takut saat di rumah kakek.
“Loh, kamu
belum mengantar makanannya ke rumah kakek?” tanya ibu padaku. Aku masih takut,
dan tanpa sadar aku langsung berlari menuju kamarku dan meninggalkan rantang di
keranjang sepedaku.
“Ita, kamu kenapa? Apa yang terjadi? Ceritakan pada ibu”
kata ibu sambil terus mengetuk pintu kamarku. Aku keluar dan menceritakan
kejadian di rumah kakek tadi sore. Ibu tidak percaya serta yakin kalau rumah
kakek itu terawat dan tidak berhantu seperti yang aku ceritakan.
Keesokan harinya, ibu pergi ke rumah kakek untuk
memastikan semua ceritaku kemarin sore itu benar atau tidak. Setelah ibu pulang
dari rumah kakek, ibu tidak menemukan hal-hal yang kualami kemarin. “Mungkin
kamu salah rumah ita, rumah kakek tidak berhantu ataupun tidak terawat” kata
ibu padaku.
Aku masih tidak yakin kalau aku salah rumah, waktu kecil
aku sudah beberapa kali pergi ke rumah kakek dan rumah kakek adalah rumah yang
kemarin aku datangi itu.
Saat sore, ibu kembali membuat makanan untuk kakek buka
puasa. Dan lagi-lagi, aku disuruh ibu untuk mengantarkannya ke rumah kakek.
Kali ini aku memberanikan diri untuk mengantarkan makanan ke rumah kakek lagi,
selalu kuingat perkataan ibu tadi pagi yang menyatakan kalau rumah kakek itu
tidak berhantu. “Tok Tok Tok... Kakek..” kataku sambil mengetuk pintu rumah
kakek, saat itu belum ada jawaban. Aku mengamati rumah kakek, sebenarnya rumah
kakek tidak menyeramkan.
“Kakek.. Kakek...” kataku sekali lagi sambil mendorong
pintu rumah kakek, pintunya tidak terkunci dan aku langsung masuk ke dalam
rumah. Aku berkeliling rumah untuk mencari kakek, dan ternyata kakek berada di
dapur sedang berusaha menyalakan api pada kompor minyaknya.
“Kakek….” Ucapku sambil memeluk kakek, kakek kaget saat
tiba-tiba ada yang memeluknya. “Ita, ini kamu?” tanya kakek padaku, “iya kakek,
ini Ita” jawabku pada kakek sambil memberikan rantang berisi makanan titipan
ibu.
“Kenapa tadi pagi tidak kesini bersama ibumu?” tanya
kakek kepadaku, “Tidak kek, Ita takut ke rumah kakek” jawabku, lalu semua
kejadian kemarin sore yang kualami kuceritakan kepada kakek sampai-sampai kakek
tertawa.
“Si Pussy kucing tetangga itu memang sering main ke rumah
kakek, kemarin sore itu kakek memang sedang menyapu lantai karena lantainya
kotor sekali, terus burung-burung memang sering bertengger diatas rumah kakek,
itu hal yang biasa” Penjelasan kakek kepadaku mengenai kejadian kemarin.
“oh, jadi
memang benar kalau rumah kakek tidak berhantu” ujarku sambil tertawa, kakek
ikut tertawa saat melihatku tertawa. Mulai saat itu, aku lebih sering pergi ke
rumah kakek untuk bermain ataupun untuk menemaninya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayo diskusi bareng, sebisa mungkin akan kubalas kok :)