Minggu, 05 Agustus 2018

Rumah Kakek Berhantu



“Sreeng.. Sreng..” Suara dari dapur membuatku bangun dari tidur siang, tidak sadar aku langsung berjalan ke dapur dan ternyata ibu sedang menumis kangkung.
“Ita, kalau makanannya sudah matang tolong kamu antar ke rumah kakek” kata ibu sambil terus menumis kangkung, aku mengangguk sambil berkata “iya bu”. Sebenarnya di dalam hati aku takut ke rumah kakek, karena rumahnya terkenal berhantu, tidak terawat, kusam, kotor, serta berantakan.
“Ita, makanannya sudah jadi, cepat kemari dan antarkan ke rumah kakek” kata ibu dari dapur. Aku segera menuju dapur untuk mengambil rantang berisi makanan untuk berbuka puasa kakek, lalu aku langsung mengeluarkan sepedaku dan menaruh rantang di keranjang.
Setelah sampai di halaman rumah kakek, perasaan takut itu muncul. Rumah kakek terlihat tidak terawat serta sangat berantakan seperti tidak ditempati orang.
“Meong.. Meong..” Muncul sebuah suara yang mengagetkan aku, perasaan takutku semakin menjadi-jadi dan setelah beberapa saat muncul seekor kucing dari bawah kursi, ternyata kucing itu adalah si Pussy kucing tetangga kakekku.
“Tok Tok Tok… Kakek” Kataku sambil mengetuk pintu rumah kakek. Tidak ada jawaban dari dalam, hanya ada suara Pussy yang terus mengeong di dekatku.
“Tok Tok Tok… Kakek” kataku sekali lagi sambil mengetuk pintu. Dan masih tidak ada jawaban, sama seperti tadi tetapi kali ini terdengar suara orang sedang menyapu dari dalam rumah.
“Kakek… Kakek..” kataku untuk ketiga kalinya, dan lagi lagi tidak ada jawaban, tetapi suara orang yang sedang menyapu it uterus menerus terdengar olehku.
“kukuruukuuuk… kukuuruuukuuk…” muncul suara burung yang semakin membuat aku merinding. Setelah kulihat, banyak burung-burung yang hinggap diatas rumah kakek, hal ini semakin membuatku takut sekali.
Beberapa saat kemudian, muncul suara orang menangis dari dalam rumah. Aku langsung berlari menghampiri sepedaku dan mengayuhnya dengan sekuat tenaga agar aku bisa cepat sampai rumah karena aku sudah tidak kuat menahan takut saat di rumah kakek.
Loh, kamu belum mengantar makanannya ke rumah kakek?” tanya ibu padaku. Aku masih takut, dan tanpa sadar aku langsung berlari menuju kamarku dan meninggalkan rantang di keranjang sepedaku.
“Ita, kamu kenapa? Apa yang terjadi? Ceritakan pada ibu” kata ibu sambil terus mengetuk pintu kamarku. Aku keluar dan menceritakan kejadian di rumah kakek tadi sore. Ibu tidak percaya serta yakin kalau rumah kakek itu terawat dan tidak berhantu seperti yang aku ceritakan.
Keesokan harinya, ibu pergi ke rumah kakek untuk memastikan semua ceritaku kemarin sore itu benar atau tidak. Setelah ibu pulang dari rumah kakek, ibu tidak menemukan hal-hal yang kualami kemarin. “Mungkin kamu salah rumah ita, rumah kakek tidak berhantu ataupun tidak terawat” kata ibu padaku.
Aku masih tidak yakin kalau aku salah rumah, waktu kecil aku sudah beberapa kali pergi ke rumah kakek dan rumah kakek adalah rumah yang kemarin aku datangi itu.
Saat sore, ibu kembali membuat makanan untuk kakek buka puasa. Dan lagi-lagi, aku disuruh ibu untuk mengantarkannya ke rumah kakek. Kali ini aku memberanikan diri untuk mengantarkan makanan ke rumah kakek lagi, selalu kuingat perkataan ibu tadi pagi yang menyatakan kalau rumah kakek itu tidak berhantu. “Tok Tok Tok... Kakek..” kataku sambil mengetuk pintu rumah kakek, saat itu belum ada jawaban. Aku mengamati rumah kakek, sebenarnya rumah kakek tidak menyeramkan.
“Kakek.. Kakek...” kataku sekali lagi sambil mendorong pintu rumah kakek, pintunya tidak terkunci dan aku langsung masuk ke dalam rumah. Aku berkeliling rumah untuk mencari kakek, dan ternyata kakek berada di dapur sedang berusaha menyalakan api pada kompor minyaknya.
“Kakek….” Ucapku sambil memeluk kakek, kakek kaget saat tiba-tiba ada yang memeluknya. “Ita, ini kamu?” tanya kakek padaku, “iya kakek, ini Ita” jawabku pada kakek sambil memberikan rantang berisi makanan titipan ibu.
“Kenapa tadi pagi tidak kesini bersama ibumu?” tanya kakek kepadaku, “Tidak kek, Ita takut ke rumah kakek” jawabku, lalu semua kejadian kemarin sore yang kualami kuceritakan kepada kakek sampai-sampai kakek tertawa.
“Si Pussy kucing tetangga itu memang sering main ke rumah kakek, kemarin sore itu kakek memang sedang menyapu lantai karena lantainya kotor sekali, terus burung-burung memang sering bertengger diatas rumah kakek, itu hal yang biasa” Penjelasan kakek kepadaku mengenai kejadian kemarin.
oh, jadi memang benar kalau rumah kakek tidak berhantu” ujarku sambil tertawa, kakek ikut tertawa saat melihatku tertawa. Mulai saat itu, aku lebih sering pergi ke rumah kakek untuk bermain ataupun untuk menemaninya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo diskusi bareng, sebisa mungkin akan kubalas kok :)