Layarku Penuh Kelabu
Tak tahu seberapa lama engkau hilang dari layar kehidupanku
Yang kuingat itu lama sekaliLama sekali…
Kau hilang dan seakan enggan untuk menampakkan diri LAGI
Kepergianmu tidak memberi arti apapun tetapi SANGAT PENTING bagi layarku
Hanya sentuhan itu yang selalu kuingat
Hangat, lembut, terasa penuh kasih
Kau tahu? Sepertinya aku merindukannya
SESUATU yang pasti dimiliki oleh semua orang, tetapi sulit untuk kutampilkan dalam layarku
Aku cukup tahu siapa aku.. dimana aku.. dan apakah artiku bagimu
Kertas putih yang tiba-riba tertiup angin dan jatuh kedalam selokan berair keruh
Siapakah yang berkenan memungutnya?Kau kuat, keras, dan terlalu kelabu untukku
Namun, tanpa kusadari aku merindukan dan menginginkan kehadiranmu dilayarku lagi.
Tetapi aku sadar sekarang, aku terlalu menginginkan apa yang tidak ada, dan mungkin TIDAK DITAKDIRKAN untuk kumiliki
Bait itu saya buat sekitar 2 tahun yang lalu (awal tahun 2016) dimana ujian nasional sudah di depan mata, dan saya memiliki banyak sekali pikiran saat itu. Entahlah, rasanya semua masalah seakan memaksa masuk ke dalam pikiranku. Padahal saya sendiri belum siap hati dan mental saat itu.
Semuanya bermula dari masalah keluarga yang entahlah kondisinya saat itu, dibilang harmonis ya harmonis *ada satu anggota keluarga yang sakit*, sehingga tidak bisa bercengkerama dengan keluarga saat itu. Semenjak saya usia 2,5 tahun dia sudah sakit hingga saya sudah kuliah semester 2. Selama itulah kami ndak bertemu sama sekali, belum pernah sekalipun saya lihat bagaimana wajahnya, bentuk tubuhnya, suaranya, dan segalanya tentang dirinya.
Rasanya ingin menghilang dari muka bumi saat kita tahu hal yang selama ini ndak diharapkan untuk terjadi, tetapi malah itulah kenyataan yang harus diterima. Pahit, sesak, sakit, sedih, kecewa.. semuanya menumpuk dan bercengkerama seakan sudah lama ndak bertemu dalam hati saya. Ndak fokus ujian nasional, ndak fokus ujian masuk perguruan tinggi, meratapi diri dari hari ke hari. Down? Jelas! (Hal ini amat sensitif gais, jadi saya skip untuk cerita ini disini)
Sampai suatu hari, kami dipertemukan oleh waktu dan memang pertemuan itu adalah pertama sekaligus terakhir buat keluarga saya (ehm bukan, hanya saya). Mati rasa, itu yang ada. Saya ndak tahu saat itu saya sedang bahagia kah? sedih kah? terharu? Entahlah.
Dan ya, bait itu untuk dirinya dua tahun yang lalu. Untuk dirimu, ah kau sudah menang sekarang. Sudah lega, terlepas dari sakit yang kau derita itu, terbebas dari sesaknya dunia ini, dan pahitnya meninggalkan dan ditinggalkan. Saya senang bisa bertemu. Selamat jalan, saya menyayangimu :*
Your Missing Daughter, 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayo diskusi bareng, sebisa mungkin akan kubalas kok :)